Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan seluruh orang muslim yang senantiasa mengagungkan sunnahnya hingga akhir masa.
Kehidupan ini begitu dinamis, kadang kita tersenyum bahagia karena baru mendapat gaji ditambah bonus THR, anak istri semua dalam keadaan sehat dan tiket pesawat untuk mudik sudah ditangan. Kadang muram durja seperti saudara-saudara kita yang ada di Bengkulu dan Sumatra Barat, hidup begitu susah, disaat sedang menanti datangnya bulan Ramadhan yang penuh limpahan Rahmat dan Magfirah secara tiba-tiba bumi berguncang dengan dahsyat, rumah tempat istirahat dan berkumpulnya keluarga luluh lantah, makanan yang disiapkan untuk sahur bersama keluarga tertimbun tembok yang rata dengan tanah, tidak lagi sempat berfikir lebaran memakai baju apa? Bisa mendapatkan tenda untuk berteduh saja sudah sangat bersyukur.
Inilah gambaran kehidupan manusia yang sangat dinamis. Disaat bahagia datang kita sudah sangat siap untuk menerimanya, tapi disaat duka mendatangi seakan-akan dunia ini menghimpit kita, hidup menjadi serba susah, hidangan yang lezat didepan mata tidak menggoda untuk dilahap, springbed yang begitu empuk tidak menggoda mata untuk terpejam. Disaat duka datang kita tidak bisa menikmati hidup.
Rasulullah SAW memberikan resep pada kita, agar dapat lepas dari berbagai kesusahan yang menghampiri, sehingga kita dapat menikmati hidup ini dalam sitiausi apapun. Rasulullah SAW bersabda :
اْلإِيْمَانِ بِاْلقَدَرِ يُذْهِبُ الْهَمَّ وَاْلحَزَنَ * رواه الحاكم
Iman pada qodar menghilangkan susah kecil dan susah besar. (HR. Al-Hakim)
Resep yang paling mujarab untuk menikmati hidup ini adalah dengan mengimani Qodar, qodar yang baik maupun qodar yang jelek.
Dengan kita mengimani Qodarullah yang baik maupun yang jelek maka berbagai rasa kesusahan tidak akan menghampiri kita, andaikan menghampiri hanya sesaat.
Adanya rasa susah lebih banyak disaat takdir jelek menghampiri diri, agar kita bisa mengimani qodar jelek ada beberapa dalil yang perlu kita pahami.
Ujian untuk mengetahui kadar keimanan hamba-Nya.
Dalam surat Al-Ankabuut ayat 2-3 Allah SWT berfirman :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ * وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.(QS.29:2-3)
Dari ayat ini salah satunya tujuan Allah SWT memberikan ujian pada hambanya adalah untuk mengetahui kadar keimanan hambanya. Apakah keimanan hambanya hanya dimulut saja? ataukah sampai kedalam hati yang paling dalam?
Kalau sihamba kuat menghadapi ujian dari Allah dengan bersabar dan tetap istiqomah berarti keimanan si hamba sungguh-sungguh lahir maupun batin.
Bentuk kasih sayang Allah terhadap hambanya melalui ujian.
عَنْ اَنَسِ بْنُ ماَلِكٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم اَنَّهُ قَالَ عِظَمُ اْلجَزَءِ مَعَ عِظَمِ اْلبَلاَءِ وَاِنَّ اللهَ اِذَا اَحَبَّ قّوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ الشُّخْطُ * رواه ابن ماجه
Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda “besarnya pembalasan bersama besarnya cobaan, dan sesungguhnya Allah ketika mencintai pada kaum maka Allah akan mencoba pada mereka. Maka barang siapa rido maka banginya rido(-Nya) dan barang siapa yang marah maka baginya murka(-Nya).” (HR. Ibnu Maajah)
Bentuk cintanya Allah pada hambanya ialah dengan memberikan ujian. Mari kita lihat para kekasihnya Allah yaitu para Nabi dan para Rasul, beliau semua hidup penuh dengan ujian. Baginda Rasulullah SAW merupakan manusia pilihan, manusia yang pertama dibangkitkan dari kubur, manusia yang berhak memberikan safa’at dan manusia yang pertama membuka pintu Surga, hidupnya tidak pernah berhenti dari ujian. Kalau kita ingin menjadi manusia pilihan hendaknyalah kita mempersiapkan diri untuk menerima ujin-Nya dengan penuh kesabaran dan tetap istoqah.
Allah membersihkan dosa-dosa hambanya melalui ujian.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَايَزَالُ اْلبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَاْلمُؤْمِنَةِ فِى نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَ اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ * رواه الترمذى
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda “tidak henti-hentinya cobaan menimpa pada orang Iman laki-laki maupun perempuan didalam dirinya anaknya hartanya sehingga berjumpa pada Allah dan baginya tidak ada dosa.” (HR. Tirmidzi)
Dari sabda Rasulullah SAW ini Allah SWT dalam memberikan ujian pada hambanya tujuannya adalah untuk menghapus dosa-dosa yang terdapat dalam diri hamba. Manusia adalah mahluk yang selalu berbuat dosa, ujian merupakan salah satu jalan penghapus dosa seorang hamba.
Perlu kita ingat kehidupan di Akhirat sangat jauh lebih baik daripada kehidupan di dunia ini, seperti sabda Rasulullah SAW :
مَا مَثَلُ الدُّنْيَا فِى اْلاَخِرَةِ اِلاَّ مَثَلُ مَا يَجْعَلُ اَحَدُكُمْ اِصْبَعَهُ فِاْليَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَا يَرْجِعُ * رواه ابن ماجه
Tidak ada gambaran dunia dengan Akhirat kecuali seperti apa-apa yang memasukkan jari-jari salah satu kalian di lautan, maka hendaklah melihat pada apa-apa yang kembali. (HR. Ibnu Maajah)
Kehidupan dunia seperti satu tetes air yang turun dari jari-jari, sedangkan lautan samudra yang terbentang luas adalah kehidupan akhirat.
September, 2007
Kehidupan ini begitu dinamis, kadang kita tersenyum bahagia karena baru mendapat gaji ditambah bonus THR, anak istri semua dalam keadaan sehat dan tiket pesawat untuk mudik sudah ditangan. Kadang muram durja seperti saudara-saudara kita yang ada di Bengkulu dan Sumatra Barat, hidup begitu susah, disaat sedang menanti datangnya bulan Ramadhan yang penuh limpahan Rahmat dan Magfirah secara tiba-tiba bumi berguncang dengan dahsyat, rumah tempat istirahat dan berkumpulnya keluarga luluh lantah, makanan yang disiapkan untuk sahur bersama keluarga tertimbun tembok yang rata dengan tanah, tidak lagi sempat berfikir lebaran memakai baju apa? Bisa mendapatkan tenda untuk berteduh saja sudah sangat bersyukur.
Inilah gambaran kehidupan manusia yang sangat dinamis. Disaat bahagia datang kita sudah sangat siap untuk menerimanya, tapi disaat duka mendatangi seakan-akan dunia ini menghimpit kita, hidup menjadi serba susah, hidangan yang lezat didepan mata tidak menggoda untuk dilahap, springbed yang begitu empuk tidak menggoda mata untuk terpejam. Disaat duka datang kita tidak bisa menikmati hidup.
Rasulullah SAW memberikan resep pada kita, agar dapat lepas dari berbagai kesusahan yang menghampiri, sehingga kita dapat menikmati hidup ini dalam sitiausi apapun. Rasulullah SAW bersabda :
اْلإِيْمَانِ بِاْلقَدَرِ يُذْهِبُ الْهَمَّ وَاْلحَزَنَ * رواه الحاكم
Iman pada qodar menghilangkan susah kecil dan susah besar. (HR. Al-Hakim)
Resep yang paling mujarab untuk menikmati hidup ini adalah dengan mengimani Qodar, qodar yang baik maupun qodar yang jelek.
Dengan kita mengimani Qodarullah yang baik maupun yang jelek maka berbagai rasa kesusahan tidak akan menghampiri kita, andaikan menghampiri hanya sesaat.
Adanya rasa susah lebih banyak disaat takdir jelek menghampiri diri, agar kita bisa mengimani qodar jelek ada beberapa dalil yang perlu kita pahami.
Ujian untuk mengetahui kadar keimanan hamba-Nya.
Dalam surat Al-Ankabuut ayat 2-3 Allah SWT berfirman :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ * وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.(QS.29:2-3)
Dari ayat ini salah satunya tujuan Allah SWT memberikan ujian pada hambanya adalah untuk mengetahui kadar keimanan hambanya. Apakah keimanan hambanya hanya dimulut saja? ataukah sampai kedalam hati yang paling dalam?
Kalau sihamba kuat menghadapi ujian dari Allah dengan bersabar dan tetap istiqomah berarti keimanan si hamba sungguh-sungguh lahir maupun batin.
Bentuk kasih sayang Allah terhadap hambanya melalui ujian.
عَنْ اَنَسِ بْنُ ماَلِكٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم اَنَّهُ قَالَ عِظَمُ اْلجَزَءِ مَعَ عِظَمِ اْلبَلاَءِ وَاِنَّ اللهَ اِذَا اَحَبَّ قّوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ الشُّخْطُ * رواه ابن ماجه
Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda “besarnya pembalasan bersama besarnya cobaan, dan sesungguhnya Allah ketika mencintai pada kaum maka Allah akan mencoba pada mereka. Maka barang siapa rido maka banginya rido(-Nya) dan barang siapa yang marah maka baginya murka(-Nya).” (HR. Ibnu Maajah)
Bentuk cintanya Allah pada hambanya ialah dengan memberikan ujian. Mari kita lihat para kekasihnya Allah yaitu para Nabi dan para Rasul, beliau semua hidup penuh dengan ujian. Baginda Rasulullah SAW merupakan manusia pilihan, manusia yang pertama dibangkitkan dari kubur, manusia yang berhak memberikan safa’at dan manusia yang pertama membuka pintu Surga, hidupnya tidak pernah berhenti dari ujian. Kalau kita ingin menjadi manusia pilihan hendaknyalah kita mempersiapkan diri untuk menerima ujin-Nya dengan penuh kesabaran dan tetap istoqah.
Allah membersihkan dosa-dosa hambanya melalui ujian.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَايَزَالُ اْلبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَاْلمُؤْمِنَةِ فِى نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَ اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ * رواه الترمذى
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda “tidak henti-hentinya cobaan menimpa pada orang Iman laki-laki maupun perempuan didalam dirinya anaknya hartanya sehingga berjumpa pada Allah dan baginya tidak ada dosa.” (HR. Tirmidzi)
Dari sabda Rasulullah SAW ini Allah SWT dalam memberikan ujian pada hambanya tujuannya adalah untuk menghapus dosa-dosa yang terdapat dalam diri hamba. Manusia adalah mahluk yang selalu berbuat dosa, ujian merupakan salah satu jalan penghapus dosa seorang hamba.
Perlu kita ingat kehidupan di Akhirat sangat jauh lebih baik daripada kehidupan di dunia ini, seperti sabda Rasulullah SAW :
مَا مَثَلُ الدُّنْيَا فِى اْلاَخِرَةِ اِلاَّ مَثَلُ مَا يَجْعَلُ اَحَدُكُمْ اِصْبَعَهُ فِاْليَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَا يَرْجِعُ * رواه ابن ماجه
Tidak ada gambaran dunia dengan Akhirat kecuali seperti apa-apa yang memasukkan jari-jari salah satu kalian di lautan, maka hendaklah melihat pada apa-apa yang kembali. (HR. Ibnu Maajah)
Kehidupan dunia seperti satu tetes air yang turun dari jari-jari, sedangkan lautan samudra yang terbentang luas adalah kehidupan akhirat.
September, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar